Saturday 17 November 2012

SIKAP SOEKARNO tentang PALESTINA


Anton DH Nugrahanto mencatat bahwa pada tahun 1962, Bung Karno ditanya oleh wartawan tentang penolakannya pada Entitas Israel dan Negeri Taiwan. Jawaban Bung Karno cukup menghentak kita semua. Beliau menjawab, "Untuk Taiwan saya rasa urusannya djelas, kami hanja mengakui satu Negara Tjina jaitu RRT, itu jang didaratan, laen negara tidak. Dan untuk Israel, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina,
maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel".

Dan Bung Karno membuktikan lisannya yang dijuluki kepanjangan lidah rakyat, Bung Karno sebagai Presiden RI dengan tegas menolak keikutsertaan Israel pada Asian Games 1962 yang diselenggarakan di kawasan Gelora Senayan Jakarta, sikap tegas Bung Karno ini kemudian diikuti oleh banyak negara sampai-sampai Israel tidak dimasukkan kedalam zona Sepakbola Asia karena tidak ada yang mau bertanding dengan Israel.

Orang Indonesia yang mengaku Nasionalis, Marhaenis atau bahkan Soekarnois seharusnya mendengar, dan mengikuti Sikap Tegas Bapak Bangsa tersebut. Sikap tegas sebagai Pemimpin sebuah Negeri dengan Ummat Islam terbesar dunia. Sikap tegas yang menjadikan Indonesia Macan Asia dan menempatkan Soekarno sebagai salah satu Asian Great Leader sepanjang sejarah. Sikap tegas yang mencerminkan pemahaman Bung Karno terhadap Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.

Hingga detik ini, apa yang dibicarakan Bung Karno benar adanya, Israel hingga kini membombardir Kota Gaza yang merupakan Pintu Gerbang menuju Baitul Maqdis. Kota yang merupakan bagian dari Wilayah Palestina secara keseluruhan.

Sejak kehadiran Penjajah Israel di Bumi Palestina, ribuan jiwa Palestina melayang sebagai syuhada, bayi-bayi tiada berdosa tertumpah darahnya dan tidak sempat menapakkan kaki di bumi Para Syuhada, pemuda-pemudi Gaza menantang peluru-peluru zionis laknatullah demi mempertahankan setiap jengkal kehormatan tanah kebanggaan Ummat Islam sedunia.

Bersama bangsa Palestina dan seluruh bangsa yang peduli kepada kemanusiaan, sudah seharusnya Indonesia satu hati menentang penjajahan atas hak wilayah Palestina dari pendudukan Israel, dan bukan pula mengikuti kehendak Zionis serta sekutunya dengan menyetujui "Two State Solution".

Jangankan seorang Presiden bernama Susilo Bambang Yudhoyono dengan sederet gelarnya, tidak seorangpun anak manusiapun yang masih menghirup udara di negeri Indonesia yang bisa mengamini keinginan zionis kecuali layak digelari "Pengkhianat Bangsa". Karena Memperjuangkan Kemerdekaan Palestina dan mengoptimalkan segala daya upaya untuk menghancurkan eksistensi Bangsa Israel yang tidak layak eksis di muka bumi ini merupakan ideologi yang diusung Pejuang Kemerdekaan dan founding Father negeri ini.

Tidak hanya muslim yang beriman kepada Al Qur'an, kaum Nashrani/Kristen yang jeli dalam meneliti sejarah Al Kitabnya dan sejarah Gerejanya, selayaknya meyakini bahwa Bangsa Israel yang saat ini mengangkangi Bumi Palestina merupakan bangsa yang lebih terlaknat dari seekor kera
bahkan Tuhan (Allah SWT) sudah melaknat dan menghapus eksisensinya dari muka bumi ini.

Lalu masihkah ada manusia yang berdiam diri? Masih adakah alasan yang bisa digunakan untuk melindungi tindakan terkutuk Zionis Israel? Bila masih ada yang membela Israel...mereka sama layaknya untuk dikutuk dan dilaknat...

Bila masih ada yang menyatakan bahwa Perlawanan Bangsa Palestina merupakan tindakan bughat terhadap kedzhaliman Zionis Israel, mungkin mereka buta mata, tuli, dan mati hatinya, setinggi apapun pemahamannya kepada agama yang dipeluknya. Semoga Allah SWT menurunkan Taufiq dan
Hidayahnya kepada mereka atau memang mereka sudah ditakdirkan Allah Azza wa Jalla sebagai bahan bakar Neraka Jahannam bersama bangsa Zionis Israel Laknatullah 'Alaih yang mereka bela sepanjang usia mereka.

Bila masih ada yang membela Bangsa Israel pimpinan Zionis apapun alasannya dalam melangsungkan tindakan Ethnic Cleansing di Palestina...mereka layak dikatakan menjadi budak dari makhluk yang lebih rendah martabatnya dibanding seekor kera sekaligus pengkhianat atas nilai-nilai kemanusiaan universal yang berlaku menyeluruh di muka bumi ini sehingga mungkin kehilangan sifat kemanusiaannya menjadi lebih rendah dari seekor hewan.

Bila masih ada manusia apapun bangsanya, termasuk Indonesia yang mengaku Islam apapun pemikirannya, Ikhwani, Tahririy atau Salafiy hingga isme-isme semacam Nasionalis, Marhaenis bahkan Soekarnois...kemudian masih tidak mengoptimalkan pembelaannya kepada usaha kemerdekaan Dunia dari cengkeraman Zionis Israel yang saat ini diwakili dengan Penjajahan Zionis Israel Yahudi terhadap tanah Palestina yang didalamnya terdapat wilayah Baitul Maqdis yang diatasnya terhampar masjidil aqsha yang salah satu tempat didalamnya merupakan Kiblat Pertama Ummat Islam sedunia sebelum Kabah di Masjidil Haram... Sungguh mereka secara sadar ataupun tidak telah berkhianat terhadap Syahadat mereka, berkhianat terhadap Aqidah Islamiyyah.

Bila Soekarno yang merupakan seorang Muslim Pendiri Bangsa ini menyatakan dengan tegas pembelaannya kepada usaha kemerdekaan Bangsa Palestina...maka layakkah kita membela eksistensi entitas Israel????

Wallahua'lam

Monday 21 May 2012

Rajab dan Keutamaannya

Hari ini, tanggal 22 Mei 2012, Ummat Islam memasuki Bulan Rajab. Sebagai salah satu bulan diantara 12 bulan di dalam kalender Qomariyah (Hijriyah), maka seringkali Ummat Islam mentafsirkan dengan berbagai macam dalih terkait keutamaan bulan Rajab. Pada kesempatan ini mari kita coba telaah lebih dalam lagi semata untuk menambah tsaqafah kita dan sekaligus menjadikan kita bijak dalam menyikapi ikhtilaf (perbedaan) perihal amalan yang mengiringi bulan Rajab.

Terdapat sebuah riwayat yang derajatnya shahih sebagai berikut.

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ نُفَيْعِ بْنِ اْلحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ  كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ - متفق عليه

Dari Dari Abu Bakrah Nufai' bin Harits ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya pada saat Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Diantaranya terdapat empat bulan suci. Tiga bulan berurutan, (yaitu) dzulqa'dah, dzulhijjah dan muharram. Sedangkan satu lagi adalah Rajab mudhar, yang terletak antara jumadi (jumadil tsani) dengan sya'ban.” (Muttafaqun Alaih)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits tersebut. 

Bulan Rajab merupakan salah satu diantara bulan-bulan haram (muharram), yaitu bulan-bulan yang dimuliakan Allah SWT atau disebut pula sebagai bulan-bulan yang disucikan. Hadits di atas secara eksplisit dan lugas menggambarkan bahwa terdapat empat bulan haram dalam kalender Hijriyah, dimana tiga bulan diantaranya adalah bulan-bulan yang berurutan yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, ditambah satu bulan yang terpisah dari ketiganya, yaitu bulan Rajab. Hadits di atas sekaligus menguatkan makna firman Allah SWT berikut :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 36)

Dalam riwayat tersebut diatas tidak dijelaskan secara lebih mendalam mengenai makna dari kekhususan bulan-bulan haram tersebut. Hanya saja terdapat keterangan yang menggambarkan bahwa dahulu orang-orang di zaman jahiliyah seringkali mengabaikan bulan-bulan haram tersebut dengan melakukan peperangan padahal seharusnya mereka tidak boleh melakukannya di bulan-bulan tersebut. Lalu mereka menjadikan bulan-bulan berikutnya menjadi bulan-bulan haram, sebagai pengganti bulan haram yang mereka berperang di dalamnya.

Dalam sebuah kitab dijelaskan, “Pada masa jahiliyah, jika mereka ingin berperang di bulan suci, mereka tetap saja berperang di bulan tesebut, lalu menjadikan bulan sesudahnya sebagai bulan suci. Misalnya, mereka ingin perang dibulan Rajab, maka mereka melakukan perang di bulan itu tanpa mengindahkan kesucian bulan Rajab, lalu menggantinya dengan bulan Sya'ban. Islam tidak membenarkan tindakan semacam ini dan sekaligus menegaskan bahwa ada empat bulan haram yang disucikan.” (Nuzhatul Muttaqin, Juz 1 hal 186)

Dalam bulan-bulan haram (yang dimuliakan) tersebut, secara implisit terdapat anjuran untuk memperbanyak amal shaleh: Diantara isyarat tersebut, datang dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang dalam riwayat Mujibah Al-Bahiliyah dimana beliau menceritakan dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada ayahnya (Al-Bahily) “Puasalah di bulan yang penuh dengan kesabaran (ramadhan) dan satu hari setiap bulan.” Ia berkata, “Tambahkanlah buat saya, karena saya benar-benar kuat.” Beliau bersabda, “Puasalah dua hari setiap bulan”. Ia berkata, “Tambahkanlah buat saya, karena saya benar-benar kuat.” Beliau bersabda, “Puasalah tiga hari setiap bulan.” Ia berkata, “Tambahkanlah buat saya.” Beliau bersabda, “Puasalah di bulan-bulan yang disucikan (bulan-bulan haram) : tiga hari puasa (sambil merapatkan tiga jari beliau) dan tiga hari berbuka (sambil melepaskan tiga jari yang dirapatkan)”. (HR. Abu Daud)

Dalam riwayat tersebut, menurut sebagian ulama, tergambarkan tentang adanya anjuran melaksanakan puasa sunnah secara umum dan tidak menunjukkan adanya anjuran untuk melaksanakan puasa sunnah secara khusus di bulan Rajab. Karena dilihat dari teks haditsnya, gambaran yang diberikan Rasulullah SAW kepada Al-Bahily adalah anjuran untuk melaksanakan puasa secara umum tanpa adanya pengkhususan untuk berpuasa di bulan Rajab. Namun sebagian ulama lainnya menganggap bahwa ungkapan Rasulullah SAW dalam hadits di atas merupakan satu anjuran untuk melaksanakan puasa sunnah secara khusus di bulan-bulan haram, termasuk di bulan Rajab. Dalam riwayat lainnya disebutkan :
 
عَنْ عُثْمَانِ بْنِ حَكِيمٍ اْلأَنْصَارِيُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ - رواه مسلم

“Dari Utsman bin Hakim Al Anshari ra, aku bertanya kepada Sa'id bin Jubair tentang puasa Rajab, sedangkan kami ketika itu berada di bulan Rajab. Beliau (Sa'id bin Jubair ra) berkata, aku mendengar Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW itu berpuasa sehingga seolah-oleh beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau selalu senantiasa berbuka sehingga seolah-olah tidak berpuasa.” (HR. Muslim)

Memang terdapat beberapa riwayat yang menggambarkan adanya anjuran untuk melakukan puasa sunnah di hari-hari tertentu di bulan Rajab, dengan penggambaran memiliki fadhilah yang sangat besar, namun pada umumnya riwayat-riwayat tersebut memiliki sanad yang sangat dha'if (lemah) bahkan maudhu' (palsu).

Karenanya, bilamana kita hendak melaksanakan puasa sunnah di bulan Rajab, maka berpuasalah sebagaimana puasa di bulan-bulan lainnya, seperti pada hari senin & kamis atau berpuasa pada ayyamul bidh (tanggal 13, 14 & 15 Rajab). Karena bagaimanapun juga, berpuasa sunnah memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah SAW dalam hadtis Al-Bahily bahkan terdapat adanya anjuran melaksanakan puasa sunnah di bulan-bulan haram.

Terkait dengan do’a, terdapat doa yang secara umum dilafadzhkan ketika memasuki bulan Rajab, seperti doa berikut :

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Ya Allah, berikanlah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikanlah (usia kami), hingga bulan ramadhan.

Bilamana dikaji dari riwayatnya, hadits ini merupakan hadits dha'if yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar. Karena diantara perawinya terdapat Za'idah bin Abi Ar-Riqad. Sedangkan ia dikatakan oleh Imam Bukhari sebagai perawi yang munkar. Jamaah ahli hadits juga menjahalkannya, artinya bahwa, Zaidah bin Abi Ar-Riqad ini majhul (tidak diketahui eksistensinya apalagi kualitasnya), hal ini dijelaskan oleh Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma' Zawa'id.

Oleh karena itulah sebagian kalangan tidak mau mengamalkan hadits ini, dikarenakan ke-dha’if-an riwayat hadits tersebut. Namun sebagian lainnya masih mengamalkan, dengan argumen bahwa riwayat tersebut hanya doa, dan doa (khususnya yang tidak terkait langsung dengan ibadah) merupakan hal yang dianjurkan, terlebih-lebih manakala isi dari doa tersebut hanya meminta kebaikan dan keberkahan di bulan Rajab dan sya'ban, serta agar disampaikan usia kita ke bulan Ramadhan.

Hematnya, bilamana doa ini dilafalkan hanya untuk meminta kepada Allah SWT kebaikan hidup di bulan Rajab dan Sya'ban, serta agar Allah SWT menyampaikan usia kita hingga ke bulan Ramadhan, maka itu boleh saja. Karena kandungan doa tersebut adalah baik. Yang tidak boleh adalah, adanya keyakinan bahwa membaca lafadz doa ini sebagai sebuah kewajiban yang harus dibaca pada ketika menyambut bulan Rajab.

Semoga penjelasan diatas dapat memenuhi keingintahuan kita terkait identitas Bulan Rajab dan kedudukannya di dalam sistem kalender Islam. Semoga kita dapat mengisi setiap detik waktu kita dengan amal shalih dengan Ibadah yang Shahih didasarkan pada Aqidah yang lurus diiringi dengan kokohnya akhlaq kita sebagai muslim. Aamiin.

Wallahu a’lam bishshawab

Saturday 28 April 2012

Peringatan untuk Aktifis Da'wah Thulabiyah

Aktifis Da'wah Thulabiyah dimanapun berada harus mengevaluasi diri. Da'wah yang mensyi'arkan Islam dengan kesempurnaan nizhamnya, tidak layak digantikan oleh aktifitas sektarian yang hanya menumpukan aktifitasnya pada satu bidang kehidupan saja.

Menuju marhalah da'wah berikutnya bukan berarti meninggalkan marhalah da'wah sebelumnya, namun harus dimaknai dengan memperkuat marhalah-marhalah da'wah sebelumnya sebagai basis pijakan yang kokoh menuju tahapan-tahapan da'wah berikutnya yang perjalanannya masih sangat panjang.

Untuk para murabbi-murabbiyah...siapkanlah generasi da'wah yang kokoh di semua lini kehidupannya...Utamakan membentuk akidah yang kokoh di setiap generasinya...sehingga dari tiap-tiap diri mereka, bermunculan kuda-kuda perang yang siap mengawal perjuangan da'wah hingga akhir zaman...kuda-kuda perang yang shabar, faham kepada manhaj da'wahnya dan tidak pernah tergesa-gesa dalam meniti jalan perjuangannya.

Wallahua'lam
R Noorahmat Pudyastomo

Renungan di shubuh hari - 8 Jumadil Akhir 1433 - 29 April 2012

Kemiripan Warna Liberalisme dalam Islam dan Katolik.

Link

“Mereka tidak sabar, hingga mereka akhirnya membuat kekacauan atas ulahnya yang tidak sabar. Dan menjadikan semakin banyak yang diasingkan oleh para penjaga penjara.” - Syaikh Sayyid Quthb

Wednesday 14 March 2012

Rokok dan Politik

Barang dagangan anda tabu? Tapi ingin dapat dinikmati oleh berbagai penjuru? Ambillah seorang pakar humas Yahudi dan anda dapat mewujudkannya. Mungkin itu yang ada di benak George Washington Hill, Presiden American Tobbaco Company (ATC) yang hampir patah arang mempopulerkan produk rokok khusus perempuan miliknya pada tahun 1920-an. Ganjalan yang dihadapi ATC memang bukan murni problematikanya. Sejak Abad 19 realitas perempuan merokok sama dengan memancing stigma. Bahkan tahun 1908, seorang perempuan di New York ditangkap karena menghisap tembakau di hadapan warga Amerika.

Adalah Edward Bernays (1891-1995), Bapak Humas Dunia yang juga seorang Yahudi tulen sekaligus kemenakan Sigmund Freud yang berhasil membalikkan itu semua. Hal ini bermula ketika George Washington mengaduh. Ia meminta Bernays memecahkan problematikanya. Bernays pun merasa iba. Yahudi itu mengaku tersentuh melihat Washington kehilangan para perempuan yang menjadi pelanggan produknya.

Seperti dikutip Majalah Historia, Bernays segera mengunjungi temannya, seorang psikolog A.A. Brill, yang juga pengagum teori-teori Freud. Bernays dan Brill mendiskusikan masalah yang dihadapi ATC.

“Menurut Brill, yang menjadi alasan utama perempuan tak merokok adalah alam bawah sadar mereka mengasosiasikan rokok dengan alat kelamin laki-laki, yang merepresentasikan kekuatan seksual laki-laki,” tulis Jonathan Gabay dalam Soul Traders.Alam bawah sadar memang salah satu karaketristik teori psikoanalisis Freud bahwa hampir 90 % tindak tanduk manusia didorong oleh bawah sadarnya.

Brill menulis, sebagaimana dikutip Bernays dalam The Engineering of Concent: “Beberapa perempuan menganggap rokok merupakan simbol kebebasan... Saat ini banyak perempuan melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki... Rokok, yang diasosiasikan dengan laki-laki, merupakan obor lambang kebebasan.”

Konsep “obor kebebasan” bergema dalam benak Bernays. Yang harus dia lakukan adalah menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk menyebarkan “obor kebebasan” itu ke seluruh dunia. Bernays mendapatkannya ketika kota New York menggelar Parade Paskah pada 1929, sebuah acara yang selalu mencuri perhatian publik.

Bernays menghubungi media. Dia mempersiapkan sepuluh perempuan yang disebut “Kontingen Obor Kebebasan”. Saat pertunjukkan, para perempuan itu mengelilingi Lucky Strike, membawa rokok yang disembunyikan di pakaian mereka dan kemudian, dengan pongah, menyulut rokok di depan publik. Foto-foto yang menunjukkan para pemberontak muda penuh glamor tengah mengisap “Obor Kebebasan” menjadi headline di berbagai media di dunia.

“Ketabuan telah dihancurkan. Pengahalang-penghalang telah diruntuhkan. Para perempuan mulai membeli rokok-rokok American Tobacco Company. Tak lama setelah acara itu, beberapa perempuan bahkan meminta agar dapat menjadi anggota klub merokok, yang seluruh anggotanya laki-laki,” tulis Gabay.

Berkat keberhasilan mempopulerkan barang haram tersebut, nama Bernays semakin berkibar. James Sandorlini dari Chicago Media Watch dalam tulisannya “Propaganda: The Art of War”, menjelaskan bahwa Bernays telah menjalankan propaganda secara serius dengan mengabungkan psikologi individu dan sosial, opini publik, persuasi politik dan trik-trik marketing untuk menjalankan suatu hal yang tadinya ilusi menjadi kenyataan.

Bahkan hingga kini rokok menjadi hal yang tidak lagi tabu dan jamak dikonsumi para perempuan. Di Indonesia, fenomenanya lebih sadis lagi. Rokok bukan saja lekat kepada wanita tapi juga ulama. Masih ingat dalam benak awak media, ucapan KH. Kholil Ridwan dalam deklarasi MIUMI baru-baru ini. Beliau mengatakan ada dua jenis ulama di Indonesia, ulama yang tidak merokok dan ulama yang merokok. Bahkan untuk menentukan fatwa haram rokok di Indonesia masih terjadi silang sengketa.

Menariknya, di Israel, kaum Yahudi melarang warganya mengkonsumsi rokok. Negara Singapura sebagai Negara dengan komunitas Yahudi terbesar di Asia Tenggara pun memperlakukan para perokok sebagai warga negara kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 US Dollar bandingkan dengan Indonesia yang hanya berharga 70 sen US Dollar. Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti Israel, bahwa nikotin hanya akan menghasilkan generasi yang “Bodoh” dan “Dungu”.

Padahal Yahudi adalah salah satu produsen rokok terbesar di dunia. Tak heran, Philip Morris, pabrik rokok terbesar di Amerika menyumbangkan 12% dari keuntungan bersihnya ke Israel. Jadi malang betul nasib umat Islam: Yahudi yang menciptakan rokok, kita yang menghisapnya. Sudah bodoh, dungu, cepat mati pula.